MY LOOKS
MY BODY
MY LIFE
WHAT'S NOW
I AM FAST 3000
SOFTEX FOR UNICEF
FIRST PERIOD
PRODUCT
What's Now
WHAT'S NOW

Influencer Bayar Pake Exposure, Etis Nggak Sih?

 

Kejadian viral para influencer minta sponsor dengan Instagram exposure sebagai kompensasi masih jadi pro-kontra sampai sekarang. Bukan cuma anggapan bikin sponsor rugi, banyak yang merasa cara ini sama sekali nggak etis dari segi bisnis, dan bikin nama influencer justru jelek.

 

KENAPA EXPOSURE JADI ‘SENJATA’ INFLUENCER?

Seperti yang kita tau, seseorang dijuluki influencer karena punya value untuk memengaruhi orang banyak dengan tindak tanduknya. On this Instagram game, seorang influencer pastinya punya ribuan, bahkan puluh ribu followers yang aktif nge-like dan comment dari tiap postingan yang di-upload oleh influencer. Hal inilah yang termasuk dalam exposure, atau istilah untuk perhatian (recognition) yang didapat dari orang banyak sehingga membuat sesuatu yang di-post, baik itu barang, lokasi, atau nama seseorang jadi lebih dikenal. Apalagi pada Instagram, banyak banget para loyal followers yang udah menaruh kepercayaan pada para influencer favoritnya. Semakin banyak followers aktif yang memberikan rasa percaya, membuat seorang influencer semakin kredibel dengan ‘gelarnya’ tersebut.

 

Nah, dengan keaktifan dari followers-nya ini nggak jarang para Influencer juga memanfaatkan ketenaran dan kemampuannya dalam memengaruhi menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan, salah satunya dengan cara ‘menjual’ exposure Instagram mereka ke brand atau pihak sponsor yang ingin bekerjasama. Exposure yang ditawarkan sebenarnya punya value yang cukup besar, karena pihak yang bekerjasama bisa makin dikenal dengan ‘beriklan’ di feed Instagram si influencer. Apalagi kalau review yang diberikan cukup bagus dan terpercaya, nggak menutup kemungkinan para followers tertarik untuk mencoba juga produk atau jasa yang ditawarkan pihak brand atau sponsor tersebut. Makanya makin banyak brand yang menghabiskan budget promosinya untuk endorsement ke pihak influencer, dan nggak heran juga kenapa exposure masih jadi senjata andalan para influencer sampai sekarang. Karena harus diakui kalau mereka juga punya impact yang nggak kecil.

 

INSTAGRAM EXPOSURE GONE WRONG (?)


Walaupun masih keliatan powerful, ternyata nawarin exposure yang dimiliki Instagram influencer buat barter nggak selamanya ditanggapi positif. Soalnya, banyak yang menganggap barter jasa sponsor dengan exposure justru bikin pihak sponsor rugi. Misalnya kasus dari salah satu Influencer yang pernah viral karena minta seorang pengusaha kuliner untuk membuat 500 buah risol untuk acaranya, dan akan ia barter exposure berupa posting feed Instagram sebagai kompensasinya. Permintaan yang ia kirim via DM Instagram ini sontak bikin sang pengusaha kesal dan memostingnya di Instagram pribadinya, sebagai bentuk rasa kaget dan kekecewaannya terhadap Influencer tersebut. Ia menganggap si Influencer ini sama sekali nggak menghargai jerih payah, karena nyatanya bikin risol dibutuhkan tenaga dan modal yang nggak sedikit, sehingga menurutnya apa yang ditawarkan oleh Influencer tersebut sama sekali nggak valueable buat dirinya dan juga usahanya.

 

 

Begitu juga dengan kejadian di mana salah satu Influencer besar yang nge-tweet membutuhkan event organizer untuk acara yang akan dia buat, dengan barter berupa exposure sebagai kompensasinya. Sontak tweet tersebut langsung mengundang cemooh para netizen, dan menganggap kalau Influencer dengan nama sebesar dia harusnya nggak melulu mengatasnamakan exposure untuk kompensasi bisnisnya. Sedangkan di satu sisi dan yang tadi udah kita bahas di atas, exposure masih jadi ‘dagangan’ populer para influencer.

Kejadian ini nggak cuma ada di Indonesia aja kok, banyak juga Influencer luar negeri yang memanfaatkan ketenarannya untuk dapet jasa dan produk secara “gratis” dengan embel-embel exposure. Yang paling viral adalah kejadian di mana seorang publisist Influencer asal Inggris yang mengirim email kepada jasa fotografi untuk mengabadikan pernikahannya secara cuma-cuma, dengan exposure sebagai kompensasi. Nggak cuma itu, ia juga meminta kode diskon 25% untuk para followersnya kalau-kalau ada yang tertarik untuk pakai jasanya. Tapi karena merasa nggak dapetin value yang sepadan, si fotografer dengan halus menolak kerjasama tersebut, yang akhirnya dibalas lagi oleh pihak influencer yang marah-marah dan bilang kalau balasan si fotografer sangatlah kasar.

 

JADI, SALAH NGGAK SIH NAWARIN ‘IN EXCHANGE FOR EXPOSURE’?

Dari cerita di atas, bisa disimpulkan kalau sebenarnya ada missing part dari kerjasama yang harusnya bisa dibangun. Baik brand ataupun influencer pastinya punya kepentingan masing-masing, jadi keduanya harus punya kesepakatan bersama supaya goals tersebut bisa tercapai. Dan sebenarnya, nawarin exposure untuk barter dengan barang atau jasa dari brand itu sebenarnya adalah hal yang sah-sah aja, lumrah banget! Tapiii... ternyata ada banyak banget hal yang harus diperhatikan para influencers dalam menawarkan exposure ini ke para brand atau pihak yang mau diajak kerjasama sebagai sponsor.

 

Berdasarkan video dari YouTube Amrazing yang berjudul #LetMeTellYouAStory About: "IN EXCHANGE FOR EXPOSURE", Happifyourworld setuju banget sih apa yang disampaikan oleh Alex dan Jonathan dari sisi influencer (serta agency), serta Robert yang mewakili dari sisi pengusaha atau pemilik brand.

 

Perlu diketahui, kalau sebenarnya exposure nggak selamanya secara langsung berbuah sales, atau produk yang dipasarkan jadi laku keras. Exposure yang dilakukan biasanya melewati banyak bentuk dulu, misalnya brand awareness (orang-orang jadi kenal dan tau kalau produk dan brand tersebut ada) dulu,  consideration (pertimbangan untuk coba atau beli), sampai akhirnya keputusan buat membeli produk dari brand tersebut.

 

Nah di sisi lain, penting juga untuk tau kalau apa yang ditawarkan harus punya value yang sama, hal ini dimaksud supaya apa yang diharapkan dua pihak yang kerjasama jadi seimbang dan nggak berat sebelah. Dari sinilah, penting banget untuk seorang influencer menjabarkan exposure seperti apa yang akan ditawarkan oleh pihak yang akan diajak kerjasama. Bukan cuma sekadar bilang ‘kompensasi exposure’, tapi juga dijelaskan secara mendetail exposure yang bagaimana yang valuable sehingga si calon sponsor mau bekerjasama. Dan sering kali, missing part yang nggak diperhatikan Influencer adalah di poin ini, di mana exposure yang ditawarkan nggak dijabarkan dengan baik, bermodalkan followers aktif, influencer terkesan ‘menodong’, menggampangkan, dan juga nggak menghargai usaha si calon sponsor.

 

Cara menawarkannya juga kadang yang bikin penawaran jadi terkesan negatif. Kalau menurut Alex Tian Amrazing, manner dalam menawarkan exposure kita juga penting buat diperhatikan. Karena ibarat mencari kerja, perlu banget mempresentasikan diri, kemampuan, dan nilai jual kita kepada pihak yang kita ajak kerjasama. Kalau belajar dari pengalaman Jonatan yang dulunya bekerja di agency, ia bahkan bisa membuat proposal yang super proper untuk ditawarkan kepada calon kliennya agar bisa bekerjasama. Jadi, bukan cuma sekedar kirim DM atau nge-tweet kalau kita butuh kerjasama dengan kompensasi exposure dan modal followers banyak, tapi perlu juga dijabarkan secara detail apa aja yang bisa dikasih untuk menguntungkan kedua belah pihak. So, "it's not what you said but it's HOW you said it."

 

Again, the way we say it is also important, no matter how famous we are. Nggak peduli seberapa banyak followers yang kita punya, seberapa bagus brand yang kita punya, kalau sama-sama nggak punya integritas dan kualitas untuk menyampaikan maksud dengan baik, pastinya yang diterima adalah tanggapan negatif. Tapi sebaliknya, kalau keduanya punya kualitas, manner yang oke walaupun udah dikenal banyak orang dan punya value yang bisa diberikan, kerjasama semacam ini masih menguntungkan banget baik dari sisi bisnis, baik untuk brand maupun si influencer.

 

 


Foto: Shutterstock

 

Prev
Next

Bagikan artikel ke :