Di tengah banyaknya video viral yang masuk halaman FYP (For Your Page) di TikTok, ada banyak banget tren yang bikin penontonnya ‘tersesat’ kalau nggak menanggapinya dengan bijak dan riset ulang. Apa aja?
CORONA CHALLENGE
Nggak habis pikir sama yang dilakuin remaja perempuan bernama Louise asal Amerika Serikat ini. Di tengah hebohnya wabah virus Covid-19, akun Tik Tok dengan nama @avalouiise justru meng-upload video yang menunjukkan dirinya menjilati dudukan toilet pesawat. Nggak cuma itu, video tersebut ia namakan ‘CoronaVirus Challenge’ dan malah mengajak para follower-nya untuk ikut ngelakuin hal yang sama, menjilat permukaan benda apapun dan ngasih kesan kalau dirinya nggak takut akan virus Corona.
Bukannya nyesel, ia malah bilang kalau dirinya emang ngelakuin hal itu supaya viral di media, dan bilang kalau dirinya dalam kondisi baik. Video tersebut juga disebar oleh Louise ke Twitter dan sukses mendapat perhatian (dan tentunya hujatan) dari 4,4 juta netizen yang nonton. Ia juga ngerespon protesan netizen dengan bilang kalau dia udah membersihkan dudukan toilet itu dengan Clorox atau cairan disinfektan dulu selama 40 menit sebelum ia jilat.
Meski begitu, ternyata ada aja netizen yang malah ikutan upload video serupa dengan menjilat berbagai permukaan benda kayak gagang pintu, saklar lampu dan lainnya. Salah satunya seorang influencer bernama Larz yang akhirnya positif mengidap Corona setelah melakukan aksi #CoronaVirusChallenge tersebut. Duh!
MUGSHOT CHALLENGE
Masih dalam ranah challenge, kali ini giliran para beauty enthusiast yang membuat tantangan ini jadi tren, yang penuh dengan pro dan kontra. Mugshot challenge adalah tren foto dan video di mana pembuatnya harus bermakeup dan nunjukkin tampilan kayak seorang kriminal yang ditangkap polisi dan berfoto untuk kepentingan dokumentasi kepolisian. Saat tren itu muncul, nggak sedikit influencer yang ikut bikin kreasi makeup tersebut, mulai dari James Charles, Corinna Kopf, bahkan nama-nama kayak Jharna Bhagwani dan Ashilla Shikado dari Indonesia ikut memeriahkan mughshot challenge.
Tren ini berubah jadi kontroversi ketika para influencer berdandan dengan muka penuh dengan luka, lebam, dan darah palsu. Yang semula hanya foto mugshot biasa, berubah menjadi foto 'korban' kekerasan. Memunculkan anggapan seolah-olah polisi selalu melakukan kekerasan sebelum menangkap kriminal. Tampilan babak belur para influencer ini langsung mengundang amarah publik, karena foto tersebut bisa memicu luka trauma orang-orang yang pernah jadi korban kekerasan ataupun sedang menjadi korban mengingat kasus kekerasan dalam rumah tangga meningkat sejak lock down Covid-19. Biarpun James Charles sudahmenghapus dan berkilah kalau makeup itu ia lakukan buat sekedar ikutan trend, tapi sebagian besar publik tetap menganggap orang-orang yang melakukan tren challenge ini (termasuk James) nggak punya rasa sensitif terhadap suatu isu dan nggak memikirkan dampak yang ditimbulkan.
SINYAL UNTUK KORBAN KDRT
Yang ini memang bukan tren, tapi jadi viral karena adanya pro dan kontra dari netizen dalam menanggapi video ini dan sedikit berkaitan dengan topik kekerasan. Belum lama ini beredar video TikTok dari seorang remaja perempuan bernama Angel (@jejellikaa) yang diduga mengalami kekerasan di rumahnya. Sambil menangis, dalam video tersebut ia memberikan sinyal gerakan tangan apabila mengalami kekerasan, yang juga sempat disosialisaikan oleh Koalisi Ruang Publik Aman. Angel menekuk jari jempolnya, lalu keempat jari lainnya menutupi jempol tersebut sebagai tanda minta tolong.
Sontak video tersebut langsung mendapat sambutan dari netizen yang simpati, berkomentar dan siap untuk membela dan menyelamatkan Angel yang lagi butuh pertolongan karena kekerasan yang dialaminya. Nggak lama setelah itu, muncul video yang dibuat oleh akun @pakpol39 yang bilang kalau kakak dari Angel sebagai klarifikasi dari aksi adiknya itu. Sang kakak menjelaskan kalau Angel dimarahi sang ayah karena ketahuan pulang dugem dan mabuk. Dia juga menjelaskan kalau hal yang dilakukan ayahnya tersebut adalah karena rasa kecewa. Ngeliat hal ini, nggak sedikit netizen yang menuduh Angel lagi playing victim, tapi banyak juga yang masih tetap membela Angel dengan alasan nggak setuju kalau sang anak harus menerima perlakuan kasar dari orang tua.
Di sisi lain, video viral Angel ini juga dimanfaatkan orang lain untuk membuat konten yang juga nggak bijak. Misalnya video cowok yang diduga polisi yang justru mencemooh aksi Angel yang mempraktikkan sinyal pertolongan tersebut. Juga selebgram Dara Arafah yang dengan satirnya ngebandingin hubungan anak dan orangtua di masa dulu dan sekarang, serta ngasih gambaran kalau anak sekarang saat dapetin perilaku kekerasan bisa dengan gampangnya ngadu pakai isyarat tangan yang direkam lewat media sosial. Dua video tersebut langsung dihujat dan dianggap nggak ada empati sama korban kekerasan, karena kenyataannya mengadukan tindak kekerasan yang dialami bukan hal yang gampang sehingga dibuatlah sinyal tangan yang bisa mempermudah korban untuk mengadu tanpa harus takut dicurigai pelaku. Tapi, hal ini justru malah jadi bahan ejekan dan bercandaan.
FILTER JERAWAT
Jerawat, biarpun terdengar sepele, tapi bikin kesal dan bisa ngerendahin kepercayaan diri seseorang. Ini kenapa tren Tik Tok filter jerawat jadi kontroversi tersendiri di mata netizen. Awalnya, tren #AcnePrank hanya buat seseruan yaitu ketika si pembuat video pakai filter jerawat buat ngeliat reaksi dari gebetan atau pacar. Ada yang diputusin, dijauhin, tapi ada juga yang happy karena si pacar tetap suka walaupun dirinya berjerawat. Ada juga yang posting foto wajah penuh jerawat dengan caption “pantesan aku nggak punya teman" buat ngungkapin kalau jerawat bikin orang ngejauhin dia. Tapi hal tersebut cuma prank, karena di slide berikutnya dia ngeliatin wajah mulusnya sambil ngebanggain kalau dia 'masih cantik' dan tanpa jerawat.
Bukannya keren, oleh sebagian orang tren ini dianggap nggak punya empati sama sekali, terutama kepada orang-orang yang beneran punya masalah dengan jerawat. Salah satu yang vokal banget menolak dan berusaha menyemangati mereka yang sedang berjuang melawan jerawat adalah Vania, influencer dengan akun Instagram @beautyandacne. Tren #AcnePrank ini nggak sensitif, merendahkan, dan nggak tahu gimana kerasnya usaha para acne fighter yang lagi berjuang buat menghilangkan jerawat bertahun-tahun. Menurut salah satu netizen, tren ini bikin acne fighter semakin insecure karena 'ditampar' dengan penolakan dan dianggap nggak cantik dari orang-orang. Berusaha menjadi keren dengan ngemanfaatin kelemahan dan kekurangan orang lain itu it's so low!
Well, we can't agree more.
VIRAL BEAUTY PRODUCTS
Selain nemuin video-video lucu dan keren, TikTok juga jadi wadah buat orang-orang merekomendasikan produk-produk kesukaan mereka, salah satunya produk kecantikan. Udah nggak keitung lagi deh berapa banyak beauty product yang jadi viral dan booming sejak video rekomendasi masuk ke FYP dan dapetin banyak viewers, baik itu dari negeri sendiri ataupun rekomendasi para user TikTok di luar negeri. Tapi, bukan berarti hal ini bukan tanpa konsekuensi.
Salah satu produk yang sempat viral di TikTok adalah The Ordinary AHA 30% + BHA 2% Peeling Solution, yang dipakai untuk eksfoliasi kulit. Produk ini jadi viral sejak para pengguna TikTok di Amerika Serikat dan Kanada nge-rave tentang produk ini dan merekomendasikannya sambil nunjukkin progres dari kondisi kulit mereka yang jadi lebih baik. Video ini pun nggak luput dari penonton Indonesia, yang akhirnya ikutan pingin nyobain seberapa ampuh si produk tersebut. Karena The Ordinary belum rilis secara resmi di Indonesia, produk peeling solution ini pun hanya bisa didapat dari online shop yang menjual produk jastip. Karena laku keras, harganya pun jadi melonjak naik dari yang tadinya nggak lebih dari Rp150 ribu menjadi lebih dari Rp300 ribu.
Sayangnya, tren ini langsung mendadak kacau begitu banyak yang mengeluhkan kalau The Ordinary AHA 30% + BHA 2% Peeling Solution bikin kulit mereka iritasi dan nggak cocok, walaupun nggak sedikit juga yang nganggep kalau produk ini holy grail. Ditambah lagi saat dr. Richard Lee, MARS, seorang dokter spesialis kulit yang menjabarkan kalau The Ordinary AHA 30% + BHA 2% Peeling Solution ini nggak sesuai dengan ketentuan BPOM alias ilegal. Kenapa? Karena kandungan AHA dalam produk tersebut terlalu tinggi dan hanya boleh diaplikasikan oleh tenaga ahli atau dokter. Sedangkan menurut peraturan BPOM, tingkat AHA yang legal dalam suatu produk untuk dijual langsung ke konsumen hanya maksimal 10%. Jadi bisa saja, produk ini ditarik peredarannya oleh BPOM karena nggak sesuai dengan hukum yang diterapkan di Indonesia.
Ngikutin tren produk viral tanpa riset dan nyesuain kebutuhan juga bukan cuma kayak contoh di atas lho, tapi juga bikin suatu produk jadi langka, mahal, dan rentan dipalsukan, terutama kalau yang jual para oknum yang nggak bertanggung jawab. Hal ini berdampak sama pelanggan lama yang udah cocok atau beneran butuh dengan produk itu, jadi kesulitan mencari dan repurchase karena barangnya sekarang jadi rebutan. Ini mirip banget sama kejadian saat alcohol swap (tisu alcohol) yang sempat langka karena banyak orang beli untuk membersihkan handphone dari virus corona, sedangkan produk itu biasa dipakai orang-orang dengan penyakit diabetes untuk persiapan penggunaan suntik insulin, dan saat itu jadi langka dan mahal. Kalau udah begini, siapa yang mau menanggung?
Intinya sih, sebenarnya sah-sah aja kalau kita mau mengikuti tren atau bercita-cita bikin konten viral. Tapi sebelumnya, pastikan kalau kita termasuk netizen yang pintar dengan nggak bikin konten menyesatkan atau langsung ikut-ikutan tren tanpa riset mendalam soal untung ruginya tindakan kita. Kurang wise kan kalau hanya sekedar seru-seruan dan malah jadi membahayakan diri kita dan orang lain?
Foto: suara.com, kumparan.com, tribunnews, popbela, YouTube.com/AlishaMarie