Siswa sekolah, yang saat ini berjumlah total 30 persen dari jumlah populasi di Indonesia, adalah aset penting pengembangan negara di masa depan. Karena itu kesehatan mereka wajib menjadi perhatian untuk dijaga dan dilindungi.
Selama pandemi Covid-19 berlangsung, proses kegiatan belajar mengajar dilakukan via online (tidak tatap muka), terutama di area zona merah dan zona oranye. Sementara untuk area zona hijau dan kuning, sekolah masih dibuka seperti biasa dengan melakukan protokol Kesehatan ketat yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia atau SKB (Surat Keputusan Bersama). Surat Keputusan Bersama (SKB) yang ditujukan untuk pemerintah daerah ini berisi petunjuk mengenai apa saja sih kriteria, dan prosedur Kesehatan yang wajib mereka lakukan sebelum membuka sekolahnya kembali. SKB ini menekankan air bersih, sanitasi, dan higienitas (WASH) di sekolah (WinS) sebagai syarat penting yang wajib disediain sekolah. Contohnya, perempuan baru bisa melakukan kebersihan menstruasi secara tepat ketika fasilitas WinS sudah memadai, seperti adanya toilet terpisah antara laki-laki dan perempuan di sekolah.
Di kuartal ketiga tahun 2020, donasi dari PT. Softex Indonesia memusatkan untuk mensupport sepenuhnya program UNICEF WASH in Schools (WinS) dan Menstrual Hygiene Management (MHM) yang dilakukan di propinsi Papua, sebagai respon mengatasi pandemic Covid-19. Selain meningkatkan WinS di daerah tersebut, aktivitas ini juga melibatkan edukasi kebersihan untuk guru dan murid. Cek di bawah seperti apa aktivitasnya!
AKTIVITAS WASH IN SCHOOL (WINS)
Sepanjang Juli hingga September 2020, UNICEF melakukan beberapa aktivitas WinS dan MHM melalui berbagai platform digital, diantaranya:
WEBINAR SERIES ON WASH IN SCHOOLS
Untuk memastikan sekolah aman sebelum dibuka kembali, UNICEF bekerja bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta berbagai Kantor Daerah Pendidikan dan Propinsi mengadakan webinar series di Propinsi Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Salah satu point penting yang ditekankan adalah sekolah sudah dipastikan mempunyai akses ke air bersih, sanitasi, dan punya fasilitas kesehatan yang memadai.
Webinar pertama dilakukan tanggal 30 Juli 2020. Dibuka oleh Kepala Kantor Pendidikan Propinsi Papua, Christian Shohilait, ST, M.Si. Dan dihadiri 75 partisipan yang mewakili 22 daerah/kota (dari 29) di Propinsi Papua. Di kesempatan ini, Sri Wahyuningsih, Direktur Sekolah Dasar dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, menyoroti pentingnya WASH dan DAK (Dana Alokasi Khusus) yang bisa dirikues oleh pemerintah daerah untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar sekolah.
Webinar kedua dilakukan tanggal 19 Agustus 2020. Berisi diskusi lanjutan mengenai kordinasi pembagian donasi untuk seluruh sekolah di wilayah Papua. Hasman Ma’ani, Direktur Penanganan Daerah Rawan Bencana (PDRB) dari Kementrian Desa, PDT dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menyampaikan kebijakan tentang penggunaan dana desa dan peran Pelayanan Pemberdayaan Masyarakat Desa untuk mensupport Pendidikan sekolah, termasuk di dalamnya penyediaan air bersih dan sanitasi layak.
Webinar ketiga dilakukan tanggal 27 Agustus 2020. Dilakukan oleh UNICEF Kupang yang berkolaborasi dengan Gereja Masehi Injil di Timor (GMIT). Webinar dihadiri oleh 50 partisipan dari berbagai kantor pemerintahan, organisasi non-pemerintah, organisasi keagamaan, dan sebagainya. Selama webinar, Sri Wahyuningsih, Direktur Sekolah Dasar dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, menekankan tentang berbagai opsi mencuci tangan menggunakan sabun.
Webinar keempat dilakukan tanggal 15 September 2020. Diselenggarakan oleh UNICEF Jayapura dan Pemerintah Propinsi Papua Barat yang dihadiri 105 partisipan. Berhubung webinar ini adalah pertama kalinya diadakan di Papua Barat, sehingga isi webinar nggak jauh berbeda dengan webinar di awal.
Reza Hendrawan, WASH Specialist membagikan analisa investasi dana WASH di Sekolah Papua Barat. Untuk memfasilitasi seluruh sekolah (termasuk SD, SMP, SMA, SMK dan SLB) di Papua Barat, maka dibutuhkan dana sekitar Rp214,695,000 atau sekitar Rp21,5 milliar per tahun untuk 10 tahun.
WEBINAR SERIES ON MENSTRUAL HYGIENE MANAGEMENT (MHM)
Tanggal 8 Agustus 2020, UNICEF mengadakan webinar Manajamen Kebersihan Menstruasi (MKM) untuk para guru sekolah bersama Universitas Yarsi. Ada lebih dari seribu partisipan yang terdiri dari guru dan kepala sekolah dari seluruh Indonesia, untuk membahas isu MHM yang dibawakan oleh narasumber, yaitu:
Rekaman webinarnya bisa dilihat di video ini:
UNICEF DAN OKY Period Tracker
Kemudian, UNICEF juga berkolaborasi dengan GIZ Fit dan Pemerintah Kota Bandung untuk mempromosikan OKY Period Tracker di tanggal 26-27 Agustus 2020. Webinar ini dibuka oleh Ketua Forum Bandung Sehat, Ibu Siti Muntamah dan diikuti oleh lebih dari 500 partisipan laki-laki dan perempuan Kader Kesehatan Pemuda yang mewakili seluruh SMP di Bandung.
Menurut Saniya Niska, Duta Kader Kesehatan Pemuda sekaligus Gender and WASH in Schools Specialist SNV Indonesia, latar belakang dikembangkan dan peluncuran OKY Period Tracker karena sampai sekarang menstruasi (haid) masih dianggap tabu untuk didiskusikan. Bahkan menurut data tahun Indonesian Demographic Health Survey (IDHS) tahun 2017, hampir 20 persen remaja perempuan belum atau nggak pernah berdiskusi dengan orang lain tentang menstruasi (haid) sebelum mereka mendapatkannya pertama kali. Kurangnya informasi akhirnya memicu beredarnya mitos yang salah.
Sayangnya, mitos-mitos ini berimbas nggak cuma menghambat aktivitas para remaja perempuan, tapi juga berpotensial mengganggu kesehatan dan kebersihan selama menstruasi.
Salah satu partisipan, Rachel dari SMP Pasundan 8 Bandung bilang salah satu contoh mitos yang mengganggu adalah nggak boleh keramas atau mencuci rambut ketika lagi menstruasi (haid).
Kamu juga bisa lho ikut mendukung program edukasi tentang kebersihan dan kesehatan menstruasi yang dilakukan oleh PT. Softex Indonesia dan UNICEF ini, yaitu dengan cara membeli 1 pack Softex Comfort Slim bertanda khusus. Tiap pembeliannya, kamu sudah menyumbangkan Rp150. Hal kecil dari kamu akan sangat berarti untuk semua saudari kita di Indonesia Timur!
#DariSaudari untuk saudari di Indonesia Timur
Foto: Istimewa