Hati-hati sama produk yang mau kamu beli online, walaupun yang mempromosikan adalah Instagram influencer. Bisa jadi barang yang mau kamu beli adalah barang KW alias palsu!
Belum lama ini, beauty influencer Tasya Farasya membahas panjang lebar soal endorsement makeup dan skincare palsu. Tasya mengingatkan influencer Instagram yang lain supaya nggak asal terima endorse barang palsu hanya demi uang, dan mengedukasi lewat videonya Korban Tukang Gigi dan BAHAYA MAKEUP PALSU soal apa efek yang bakal terjadi saat kita sebagai konsumen menggunakan produk palsu karena mengandung bahan dan alat yang berbahaya. Bahasan Tasya ini sampai viral di Twitter dan mengundang simpati banyak netizen. Bahkan banyak juga yang akhirnya curhat pengalamannya dalam membeli produk kecantikan palsu, mulai dari kulit yang melepuh, hingga didiagnos menderita kanker kulit stadium 3.
Tapi bukan berarti aspirasi Tasya nggak ada yang nentang, ia malah diserang oleh salah satu online shop yang sepertinya suka menjual barang-barang KW di Instagram. Akun tersebut nggak segan-segan memaki Tasya dengan bilang kalau ia sudah mematikan usaha dan rezeki orang dengan dalih apa yang ia jual adalah alternatif untuk orang-orang yang nggak bisa beli produk kecantikan original. But it’s not an excuse, right? Banyak kok brand lokal yang kualitasnya udah bagus dan bahan-bahannya terjamin aman.
Lain Tasya, lain lagi kasus selebgram Audrey Sabila yang justru pro sama endorsement barang palsu atau KW. Menurutnya nggak ada yang salah dengan memakai produk KW, bahkan ia membandingkannya dengan penggunaan narkoba yang ibaratnya semua orang tau itu nggak baik tapi masih juga dicari dan digunakan. Ngeliat reaksiAudrey, pastinya jadi sasaran empuk komentar pedas netizen yang meminta Audrey memikirkan kembali apa yang udah ia katakan. Karena biar gimanapun, ia adalah salah satu influencer yang bisa mempengaruhi keputusan para fans-nya untuk membeli suatu produk.
Sebenarnya hukum tentang distribusi barang palsu atau KW udah diatur dalam Undang Undang Merek dan Indikasi Geografis (UU No 20 Tahun 2016) dengan hukuman yang udah tertulsi jelas. Tetapi Undang Undang ini baru berlaku kalau merek terkait yang melaporkan barang palsu tersebut karena merasa dirugikan. Tapi pada prakteknya, sedikit banget kasus brand-brand yang melaporkan distribus barang-barang palsu yang udah beredar masal. Selain karena mengurus hal ini akan sangat makan waktu dan biaya, sebenarnya pemilik brand tersebut sedikit banyak diuntungkan dari sisi branding. Semakin banyak produknya berkeliaran, semakin dikenal juga brand tersebut. Selain itu, belum ada hukum yang mengatur secara jelas perihal endorsement barang-barang KW di Indonesia. Hukum Indonesia baru mengatur soal perlindungan konsumen, yang diatur dalam Undang Undang Perlindungan Konsumen. Di situ diatur tentang transaksi jual beli barang secara online, salah satunya tentang hak pilih, hak komplain, dan sebagainya. Penjual pun juga diminta untuk menjelaskan secara jujur dan jelas perihal barang yang dijual.
Sampai saat ini, baru media sosial Instagram aja yang udah memberikan statement resmi akan memberi hukuman untuk selebgram dan online shop yang melanggar pedoman komunitas dalam mendistribusikan konten. "Postingan pengguna tidak boleh mengandung kekerasan, SARA juga tidak boleh. Kemudian untuk konten iklan, tidak boleh menampilkan rokok, pornografi, obat-obatan terlarang. Ketahuan kita turunkan," kata Putri Silalahi selaku Communication Manager Instagram Asia Pasific, di Jakarta, Jumat 19 Juli 2019 lalu, dilansir dari viva.co.id
Kalo kita lihat di negara Inggris, pemerintah di sana melalui CMA atau Competition and Markets Authority udah melakukan penyelidikan ke influencer online yang nggak memberikan pernyataan dan review sesungguhnya terhadap produk yang mereka pasarkan. Pemerintah juga meminta selebgram harus jelas membedakan mana postingan iklan dan review produk. Kalau nggak dibedakan, bisa-bisa para fans tertipu sama postingan yang ambigu. Kalau ada influencer yang melanggar, konsumen bisa membawanya ke ranah hukum.
Sesuka-sukanya kita sama Influencer dan ngerasa percaya banget sama produk yang ia pasarkan lewat endorse, udah waktunya kita benar-benar memperhatikan produk yang kita beli. Apakah dibuat dari bahan-bahan membahayakan? Apakah bisa berefek buruk pada tubuh kita? Bukan cuma karena idola kita pakai dan sarankan, kita harus ikuti 100% demi rasa suka dan ngefans. Padahal kita harus tau, kalau mereka pun mendapatkan keuntungan dari pembayaran yang dilakukan online shop kepada influencer. Justru kalau influencer yang kita suka dengan santainya menjebak konsumen dengan mempromosikan barang-barang palsu, mungkin udah saatnya kita mempertanyakan kredibilitas selebgram tersebut. Tapi balik lagi, beli barang palsu atau nggak, the choice is still yours.
Foto: Shutterstock, Minews.com, chirpstory.com