Karena pelecehan seksual nggak akan pernah pandang tempat, dan siapapun bisa jadi korbannya. Jadi, jangan hanya diam!
Pelecehan seksual mungkin bukan hal yang asing lagi di telinga kita. Makin ke sini pun, makin banyak pemberitaan, thread Twitter, ataupun postingan yang menceritakan pilunya pelecehan dan kekerasan seksual yang kerap menimpa korban, yang kebanyakan adalah perempuan. Menurut data CATAHU 2020 Komnas Perempuan, jumlah kekerasan seksual selama 2019 mencapai 4.898 kasus. Dan kalau dibandingkan dengan tahun 2018, terlihat adanya penurunan kasus yang sempat mencapai angka 5.280.
Di satu sisi, hal ini nunjukkin kalau kekerasan dan pelecehan seksual masih jadi masalah besar yang (bisa jadi) sangat dekat dengan kita. Tapi di sisi lain, hal ini jadi bukti kalau semakin banyak korban yang udah nggak takut untuk melaporkan tindakan pelecehan seksual yang menimpanya.
Memang, bukan hal yang mudah buat ngumpulin keberanian untuk speak up tentang kekerasan dan pelecehan seksual, banyak korban yang akhirnya memilih diam karena malu, takut, ngerasa sia-sia, atau memikirkan konsekuensi lain yang bisa aja terjadi padanya setelah lapor. Kitapun sempat dikejutkan sama pemberitaan remaja putri di Lampung yang diperkosa oleh Kepala Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak, usai melaporkan dan meminta perlindungan karena kasus pelecehan seksual yang dilakukan pamannya. Atau, kejadian pemerkosaan di Bintaro yang baru ditindak lanjuti kepolisian setelah kasusnya viral di media sosial, sedangkan korban udah ngelaporin kejadian ini 1 tahun lalu.
Makanya, hal ini lah yang mendasari banyak perempuan yang mendesak pemerintah untuk cepat-cepat mengesahkan Rancangan Undang-Undang Penghapus Kekerasan Seksual (RUU PKS) yang dipilih untuk ditunda pembahasannya tahun 2020 ini. Padahal, kekerasan dan pelecehan seksual udah semakin genting dialami oleh masyarakat, terutama perempuan.
MENGALAMI PELECEHAN SEKSUAL, HARUS APA?
Sayangnya, memilih buat diam aja sama sekali bukan solusi terbaik saat kita terlibat kejadian kekerasan atau pelecehan seksual, entah itu kita sebagai korban ataupun melihat adanya pelecehan seksual di depan mata kita. Diam dan pasif nggak bisa memutus bahayanya pelecehan seksual yang bisa terjadi di mana aja dan pada siapa aja, bahkan kadang diamnya korban dianggap persetujuan karena nggak ada perlawanan. Ini yang bisa kita lakukan saat pelecehan seksual dialami atau diketahui oleh kita.
MINTA PELAKU BUAT BERHENTI
Sebagai langkah awal yang bisa kita lakuin saat terjadi pelecehan seksual adalah menolak dengan keras dan meminta pelaku buat berhenti. Ini bukan langkah yang sia-sia kok, karena penolakan adalah pertahanan awal buat kita sebagai korban. Misalnya saat kita di-catcalling (dipanggil atau disiul oleh orang nggak dikenal dengan nada melecehkan) atau dipegang-pegang, beri reaksi kalau kita nggak suka diperlakukan seperti itu. Kalau udah keterlaluan, teriak bisa jadi pilihan. Hal ini juga berlaku buat kita yang ada di posisi pihak ketiga, yang ngelihat kejadian pelecehan ini. Bukan nggak mungkin dengan kita melakukan penolakan dan perlawanan bikin pelaku akhirnya berhenti melecehkan kita. Kita mungkin ngerasa takut di awal, tapi percayalah kalau keberanian kita menolak pelecehan bisa bikin kita terhindar dari tindakan seksual yang lebih jauh.
YANG SALAH BUKANLAH KORBAN
Jangan jadikan kasus pelecehan seksual bikin kita (sebagai korban) jadi menyalahkan diri sendiri. Pelecehan dan kekerasan seksual terjadi karena nggak adanya persetujuan (concent) dari salah satu pihak untuk melakukan kegiatan seksual, yaitu korban. Jadi, apapun bentuk pelecehan dan kekerasannya, korban bukanlah pihak yang harusnya merasa bersalah ataupun disalahkan. Kita justru harus yakin kalau pelecehan seksual yang terjadi adalah kesalahan pelaku yang nggak bisa menahan dirinya untuk nggak berbuat cabul ataupun kekerasan seksual.
CERITA KE ORANG TERDEKAT DAN TERPERCAYA
Cerita ke orang lain bukanlah nyebar aib kok, dan kita nggak perlu malu. Justru dengan menceritakan kejadian pelecehan ke orang terdekat dan terpercaya bisa membuat perasaan kita jauh lebih lega dan menghilangkan perasaan bersalah. Sebaliknya, jika kita adalah pihak yang diceritakan kejadian pelecehan seksual oleh korban, tugas kita adalah mendengarkan dengan baik, menenangkan si korban, dan nggak ngasih tanggapan yang ngehakimin atau ngerendahin korban.
KUMPULIN SEMUA BUKTI PELECEHAN
Setiap kejadian pelecehan, sebagian besar bakal ninggalin bukti atau jejak dari perbuatan pelakunya. Jangan ragu buat kumpulin semua bukti, misalnya mulai dari chat atau komentar mesum, hingga bukti pakaian dan sidik jadi kalau kasusnya adalah perkosaan. Bukti yang ada bisa lebih mempermudah proses pelaporan kejadian ke kepolisian atau Komnas Perempuan. Minta orang terdekat untuk membantu kita mengumpulkan bukti dan support untuk memproses hal ini ke jalur hukum.
LAPORKAN KEJADIAN DAN MINTA PERLINDUNGAN
Efek jera nggak akan dirasakan pelaku kalau kita sebagai korban memilih untuk diam. Walaupun berat, melaporkan kejadian pelecehan seksual yang kita alami akan jauh lebih baik dibanding kita yang menanggungnya sendiri. Dengan melaporkan kejadian ini, pelaku bisa ditindak sesuai dengan tindakan yang diperbuat, dan keberanianmu ini akan sangat berharga. Korban kekerasan seksual pun dilindungi oleh negara, dan akan dicatat kasusnya oleh Komnas Perempuan. Untuk kasus perkosaan, kepolisian akan memberikan surat polisi yang meminta dokter untuk memeriksa tubuh korban.
LAKUKAN PEMERIKSAAN KESEHATAN
Saat kita udah mulai merasa sedikit pulih dari kejadian pelecehan seksual, memeriksakan kesehatan fisik dan psikis akan sangat dianjurkan. Hal ini kita lakukan untuk menghindari adanya efek buruk dari kasus pelecehan seksual yang menimpa kita, mulai dari pemeriksaan Kesehatan tubuh, kelamin, adanya risiko penyakit yang berbahaya atau nggak, dan sebagainya. Begitu juga dengan konsisi psikis kita, mengikuti konseling ke psikolog akan sangat ngebantu kita untuk menenangkan pikiran atas trauma yang membekas.
Di dunia ini, nggak ada yang pingin jadi korban atau menyaksikan orang terdekat mengalami kekerasan dan pelecehan seksual. Walaupun terasa sulit untuk dilakukan, cara-cara di atas tadi akan harus selalu jadi pegangan kita kalau mengalami hal pahit itu. Jangan takut untuk speak up, karena suara mu berarti!
Foto: Shutterstock