Coba hitung deh, berapa kali sih kita dapat pendidikan tentang seks di sekolah atau di keluarga? Jangan-jangan malah kita belum dapat pendidikan tentang seks sama sekali. Di usia remaja yang udah puber, wajar kalo kita mulai ada ketertarikan dengan lawan jenis. Tapi karena kurangnya pendidikan seks yang baik dan benar, akhirnya kita lebih banyak cari sendiri informasi seputar seks dari media, dari obrolan sama teman, atau dari podcast dan Youtube. Padahal belum tentu kita punya kemampuan buat menyaring informasi yang kita dapat. Apakah informasi tersebut layak buat kita terima atau nggak.
Contohnya seperti kasus yang sedang ramai. Salah satu media mengangkat topik pendidikan seks "GirlsClass" namun konteksnya dinilai sangat jauh dari tujuan pendidikan seks. Menurut salah satu user Twitter, kalau tujuannya memang edukasi seharusnya yang diundang adalah seksolog, sex educator, atau memang orang yang ahli dan kompeten di bidangnya. Karena memang saat ini udah banyak orang yang concern dengan pendidikan seks dan butuh serta mau untuk belajar lebih dalam, supaya gak terjebak dan menyesal kemudian. Namun yang ditampilkan di video tersebut sangat jauh dari yang seharusnya. Dan ini sangat berbahaya, mengingat konten tersebut bebas diakses oleh siapapun. Walaupun media tersebut sudah meminta maaf dan mengakui kalau kontennya bukan penddikan seks, namun beberapa warganet bilang ini akan semakin memperburuk stigma pendidikan seks di Indonesia.
Yup. Karena membicarakan tentang seks buat sebagian orang masih dianggap tabu, khususnya di Indonesia sendiri. Dikutip dari belajarpsikologi.com, sebagian besar masyarakat masih berpandangan stereotype dengan pendidikan seks (sex education) sebagai suatu hal yang vulgar atau pornografi. Masyarakat khawatir pendidikan seks malah akan mendorong remaja untuk berhubungan seks. Padahal menurut dokter spesialis obstetri dan ginekologi Boyke Dian Nugraha, seperti yang dikutip dari Kompas, pendidikan seks seharusnya diberikan kepada anak-anak sejak dini yang tentunya sesuai dengan jenjang umur mereka. Karena itu, sebenarnya orangtua dan sekolah punya peranan besar buat ngasih pemahaman soal seks dan kesehatan reproduksi ke anak dan murid didiknya.
Terlebih pendidikan seks itu pun sebenarnya bukan mengajarkan tentang berhubungan seks aja lho. Tapi juga membahas hubungan antara manusia, gender, anatomi tubuh, tentang consent dalam hubungan, aktivitas dan kesehatan seksual, serta masih banyak lagi. Terutama buat remaja, penting banget untuk tahu karena ada banyak hal yang gak diajarkan sekolah sehingga mereka kerapkali salah paham.
Ada banyak alasan untuk belajar pendidikan seks. Namun sayangnya, dari apa yang Happifyourworld temuin dan juga ngobrol dengan beberapa remaja, orangtua dan sekolah yang diharapkan bisa jadi tumpuan para remaja untuk tahu secara benar tentang seks, kurang bisa memenuhi harapan tersebut. Menurut sebagian remaja, hal ini karena kebanyakan orangtua atau sekolah masih terlalu kaku dan tertutup (kalau gak mau dibilang awkward) pas membicarakan pendidikan seks. Sehingga para remaja mau nggak mau mencari tahu sendiri tentang seks, padahal hal ini justru lebih berbahaya. Tanpa adanya dasar pendidikan seks yang kuat, mencari tahu sendiri justru memperbesar keinginan mereka untuk mencoba tanpa menyadari resiko yang ada.
Masih dari dokter Boyke, dilansir dari Tribun News, memberi pendidikan seks sejak dini bisa melindungi anak dari pelecehan seksual. Ketika terjadi pelecehan seksual, anak yang tidak tahu menganggap hal itu bukan masalah. Karena itu sejak kecil kita seharusnya sudah diberitahu tentang organ intim, fungsi, dan batasannya. Seperti siapa yang boleh dan tidak boleh menyentuh tubuh kita. Mengetahui dengan benar pendidikan seks akan mencegah kita dari perilaku seks bebas, kehamilan yang nggak diinginkan, pemerkosaan, aborsi, sampe penularan penyakit seksual.
Dan yang paling penting, tujuan utama pendidikan seks bukanlah cuma tentang fisik aja tapi juga psikis. Seperti yang disampaikan FoSe (Future of Sex Education): Youth Health and Rights in Sex Education, pendidikan seks bertujuan untuk memberikan informasi tentang gimana kita bisa lebih sadar sama nilai, respek dengan hak antar gender, dan bisa bertanggung jawab terhadap diri dan badan kita sendiri. Sehingga kita bisa tumbuh sebagai orang dewasa yang sehat secara seksual, baik tubuh maupun pikiran.
Foto: Shutterstock