MY LOOKS
MY BODY
MY LIFE
WHAT'S NOW
I AM FAST 3000
SOFTEX FOR UNICEF
FIRST PERIOD
PRODUCT
My Body
MY BODY

Alergi Hormon Saat Menstruasi? Kok Bisa?

 

Alergi hormon saat menstruasi (haid) mungkin ini terdengar "baru" di telinga kita, tapi kalo sering ngerasa gatal di permukaan kulit menjelang menstruasi (haid) bisa jadi kamu termasuk cewek yang mengalami APD!

 

Saat menstruasi (haid), tubuh dan kulit kita memang mengalami beberapa perubahan. Misalnya payudara yang terasa nyeri, perut yang agak kembung, berat badan naik, dan sebagainya. Hal ini dikarenakan adanya reaksi dari kedua hormon seks cewek, yaitu estrogen dan progesteron dan bertanggung jawab penuh atas pengembangan sistem reproduksi kita, termasuk saat menstruasi (haid).

 

Tapi ternyata, ada sebuah kondisi yang bisa aja dialami satu dari sekian banyak cewek yang mengalami masa menstruasi, di mana tubuhnya akan mengalami reaksi berlebih seperti alergi di saat menjelang siklus menstruasi (haid). Kondisi ini disebut juga dengan Autoimmune Progesterone Dermatitis (APD).

 

Apa Itu Autoimmune Progesterone Dermatitis (APD) ?

Kondisi APD terjadi karena adanya reaksi alergi dari tubuh terhadap hormon progesteron, yang biasanya menurun saat akan terjadi siklus menstruasi (haid). Tubuh seolah menolak kondisi perubahan hormon yang terjadi, lalu memberi reaksi yang berlangsung sekitar 3-10 hari sebelum menstruasi, dan bakal berangsur sembuh dalam 1-2 hari setelah datang menstruasi (haid).

 

Ibarat alergi obat atau seafood yang sering kita temui, APD juga memberi gejala yang mirip karena sama-sama menyerang area kulit, seperti gatal-gatal, ruam, eksim, hingga anafilaksis (alergi parah sampai bengkak). Awalnya kita mungkin nggak bakal sadar kalau alergi yang kita alami adalah APD, apalagi buat kita yang udah punya riwayat alergi lain pasti selalu mencurigai entah itu makanan atau kondisi udara sebagai ‘tersangkanya’. Tapi sebenernya kita bisa melihat pola datangnya si alergi APD, karena akan selalu muncul sesaat sebelum menstruasi (haid) datang, yaitu saat hormon progesteron menurun.                 

 

Apa Yang Menjadi Penyebab Dari APD?

Selain karena kondisi alami, ternyata APD juga bisa terjadi karena dipicu oleh kebiasaan cewek terutama yang memasuki usia dewasa, aktif secara seksual, dan juga kehamilan. Misalnya karena penggunaan pil KB atau suplemen hormon lain yang mengandung progesteron, hal ini menghasilkan kepekaan terhadap hormon tersebut. Kehamilan juga bisa mengakibatkan tubuh seseorang sensitif terhadap progesteron, karena proses ini punya efek signifikan pada sistem kekebalan tubuh dan bisa mempengaruhi berbagai kondisi alergi.

 

Kondisi APD lainnya juga bisa dipicu dari reaktivitas silang dengan kortikosteroid, yang punya struktur molekul yang mirip dengan hormon. Sementara reaksi alergi terhadap hormon seks cewek lain- misalnya estrogen- bisa juga terjadi, tapi jauh lebih jarang dibanding reaksi terhadap progesteron.

 

Apakah APD Bahaya? Bisa Diobati Nggak Sih?

Kalau kamu sering mengalami gejala seperti ruam disertai dengan demam, sesak napas, pembengkakan wajah, jantung yang cepat, mual, muntah, ataupun pingsan di masa-masa menjelang menstruasi (haid), disarankan banget untuk segera cek ke dokter. Buat menjawab seberapa bahayanya alergi APD yang kita alami, dibutuhkan diagnosis APD melalui tes alergi terhadap progesteron. Pengujian kulit ini dilakukan dengan menginjeksi progesteron disertai dengan pemantauan ketat buat mengenali gejala-gejalanya. Tapi harus diingat, pengujian ini hanya boleh dilakukan dokter berpengalaman, mengingat kemungkinan itu akibat reaksi alergi yang berbahaya.

 

And the good news is, APD bisa diobati walaupun obat ini cuma berguna untuk mengobati gejalanya aja, bukan menyembuhkan alerginya secara total. Mulai dari terapi menggunakan antihistamin dan kortikosteroid oral atau injeksi, hingga pengangkatan ovarium dan uterus melalui proses operasi buat kasus kondisi APD yang udah paling parah, di mana obat-obatan udah nggak bisa lagi mengendalikan gejalanya.

 

 


Foto : shutterstock

Prev
Next

Bagikan artikel ke :